• Beranda
  • Yayasan
    • Profil Yayasan Nurul Iman
    • Kegiatan Yayasan Nurul Iman
  • Unit Pendidikan
    • PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • PKBM Fatimah Az Zahra
  • Pendaftaran
    • Pendaftaran PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pendaftaran SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pendaftaran Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • Pendaftaran PKBM Fatimah Az Zahra
  • Berita Kegiatan
    • Kegiatan PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • Kegiatan SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Kegiatan Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • Kegiatan PKBM Fatimah Az Zahra
  • Kajian & Artikel
  • NURIM Peduli
  • SINURIM
  • Kontak
  • Beranda
  • Yayasan
    • Profil Yayasan Nurul Iman
    • Kegiatan Yayasan Nurul Iman
  • Unit Pendidikan
    • PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • PKBM Fatimah Az Zahra
  • Pendaftaran
    • Pendaftaran PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pendaftaran SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pendaftaran Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • Pendaftaran PKBM Fatimah Az Zahra
  • Berita Kegiatan
    • Kegiatan PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • Kegiatan SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Kegiatan Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • Kegiatan PKBM Fatimah Az Zahra
  • Kajian & Artikel
  • NURIM Peduli
  • SINURIM
  • Kontak
No Result
View All Result
Yayasan Nurul Iman
No Result
View All Result
Home Kajian & Artikel Fiqih

Murabahah yang Mengandung Riba

Nurul Iman by Nurul Iman
27/10/2021
in Fiqih, Kajian & Artikel
1
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsappShare on Telegram

Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Dalam fikih muamalah dikenal istilah murabahah. Yang dimaksud murabahah adalah penjual memberitahukan harga barang pada si pembeli dan ia mengambil untung dari penjualan barang tersebut. Jual beli ini dipraktekkan di beberapa bank syariah atau BPR saat ini. Bagaimana murabahah yang semestinya?

 

Memahami Murabahah

Murabahah sudah jelas dalam penjelasan di atas. Deskripsinya adalah sebagai berikut:

Ruslan menjual mobil pada Ahmad. Dan ia memberitahukan harga belinya pada Ahmad 100 juta. Karena jasa Ruslan untuk membeli terlebih dahulu dan berani memberikan pada Ahmad secara cicilan, maka ia menjual mobil tersebut sebesar 120 juta. Artinya, Ruslan mendapat untung sebesar 20 juta dan Ahmad mengetahui hal ini.

Ada istilah lain yang mirip murabahah. Kalau contoh di atas ditarik keuntungan. Ada jual beli yang sudah dikabarkan harga pembelian pada si pembeli sama dengan murabahah, namun si penjual tidak mengambil untung, harga pembelian sama dengan harga penjualan. Ini dikenal dengan jual beli tawliyah. Ada juga bentuk yang malah si penjual rugi. Ia memberitahukan harga sebenarnya pada si pembeli, namun ia menetapkan harga lebih rendah karena boleh jadi barangnya sudah lama. Jual beli kedua ini dikenal dengan jual beli wadhi’ah atau mukhasaroh. Jadi ada tiga jual beli yang sifatnya amanah: (1) murabahah (kenal untung), (2) tawliyah (kenal imbas), dan (3) wadhi’ah (kenal rugi).

Adapun mengenai hukum jual beli murabahah, asalnya dibolehkan. Dalil akan hal ini adalah keumuman firman Allah Ta’ala yang menjelaskan halalnya jual beli. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَحَلَّ اللّهُ الْبَيْعَ

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli” (QS. Al Baqarah: 275).

إِلَّا تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ

“Kecuali dengan jalan perniagaan yang saling ridho di antara kamu” (QS. An Nisa’: 29). Murabahah termasuk jual beli saling ridho di antara penjual dan pembeli, sehingga termasuk jual beli yang dibolehkan.

Begitu pula secara logika, jual beli ini amat dibutuhkan dan telah tersebar luas. Di antara kita ada orang yang tidak tahu manakah barang yang berkualitas untuk dibeli, sehingga kita butuh informasi dari orang yang lebih mengetahui seluk-beluk barang di pasar. Sebagai balas budi, si pembeli memberikan balas jasa pada si penjual yang telah membeli barang tersebut dengan memberikan keuntungan. Sehingga jual beli murabahah dengan logika sederhana ini dibolehkan.

Memerintah untuk Membelikan Barang

Ilustrasi jual beli ini hampir mirip dengan jual beli murabahah atau ia termasuk dalam jual beli murabahah. Jual beli ini dikenal dengan jual beli al aamir bisy syiro’. Ulama Syafi’iyah menjelaskan jual beli ini, “Si A melihat ada suatu barang yang membuat ia tertarik. Ia lalu berkata pada si B, “Tolong belikan barang ini dan engkau boleh mengambil untung dariku jika aku membelinya.” Lalu si A membeli barang tersebut dari si B. Jual beli dengan bentuk seperti ini boleh dengan keuntungan sesuai yang diinginkan.

Namun catatan yang perlu diperhatikan: Jual beli al aamir bisy syiro’ tidaklah bersifat mengikat. Jika si A memutuskan ingin membeli dari si B, maka terjadilah jual beli. Jika si A tidak mau setelah menimbang-nimbang atau melihat kualitas barang yang dibeli si B tidak sesuai keinginan, maka ia boleh membatalkannya.

Realita Murabahah yang Terjadi

Realita yang terjadi di lapangan tidaklah sesuai dengan murabahah yang dijelaskan dalam fikih Islam. Praktek murabahah yang dilakukan pihak bank atau lembaga perkreditan rakyat yang mengatasnamakan syari’ah jauh dari yang semestinya.

Lihatlah contoh yang dijelaskan oleh para ulama di atas, seperti dalam contoh terakhir, si B benar-benar telah memiliki barang yang ingin dijual pada si A. Namun realita yang terjadi di bank tidaklah demikian. Coba lihat ilustrasi murabahah yang dipraktekkan pihak bank:

1. Calon pembeli datang ke bank, dia berkata kepada pihak bank, “Saya bermaksud membeli mobil X yang dijual di dealer A dengan harga Rp. 100 juta. Pihak bank lalu menulis akad jual beli mobil tersebut dengan pemohon, dengan mengatakan, “Kami jual mobil tersebut kepada Anda dengan harga Rp. 120 juta, dengan tempo 3 tahun.” Selanjutnya bank menyerahkan uang Rp. 100 juta kepada pemohon dan berkata, “Silakan datang ke dealer A dan beli mobil tersebut.”

Realita yang terjadi ini bukanlah murabahah. Kenyataannya adalah pihak bank meminjamkan uang pada si pemohon sebesar 100 juta untuk membeli mobil di dealer. Lalu si pemohon mencicil hingga 120 juta. Seandainya transaksi dengan pihak bank adalah jual beli, maka mobil tersebut harus ada di kantor bank. Karena syarat jual beli, si penjual harus memegang barang tersebut secara sempurna sebelum dijual pada pihak lain. Simak hadits berikut.

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَسْتَوْفِيَهُ

“Barangsiapa yang membeli bahan makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia selesai menerimanya.” Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Aku berpendapat bahwa segala sesuatu hukumnya sama dengan bahan makanan.” (HR. Bukhari no. 2136 dan Muslim no. 1525)

Ibnu ‘Umar berkata,

كُنَّا فِى زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَبْتَاعُ الطَّعَامَ فَيَبْعَثُ عَلَيْنَا مَنْ يَأْمُرُنَا بِانْتِقَالِهِ مِنَ الْمَكَانِ الَّذِى ابْتَعْنَاهُ فِيهِ إِلَى مَكَانٍ سِوَاهُ قَبْلَ أَنْ نَبِيعَهُ.

“Kami dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli bahan makanan. Lalu seseorang diutus pada kami. Dia disuruh untuk memerintahkan kami agar memindahkan bahan makanan yang sudah dibeli tadi ke tempat yang lain, sebelum kami menjualnya kembali.” (HR. Muslim no. 1527)

Mobil tersebut belum berpindah dari dealer ke kantor bank. Itu sama saja bank menjual barang yang belum ia miliki atau belum diserah terimakan secara sempurna. Dan realitanya maksud bank adalah meminjamkan uang 100 juta dan dikembalikan 120 juta. Kenyataan ini adalah riba karena para ulama sepakat, “Setiap utang yang ditarik keuntungan, maka itu adalah riba.”

2. Sama dengan ilustrasi pertama, hanya saja pihak bank menelpon showroom dan berkata “Kami membeli mobil X dari Anda.” Selanjutnya pembayarannya dilakukan via transfer, lalu pihak bank berkata kepada pemohon: “Silakan Anda datang ke showroom tersebut dan ambil mobilnya.”

Ilustrasi kedua pun sama, bank juga menjual barang yang belum diserahterimakan secara sempurna. Ini termasuk pelanggaran dalam jual beli seperti yang diterangkan dalam hadits Ibnu ‘Abbas dan Ibnu ‘Umar di atas.

3. Seorang pemohon datang ke bank dan dia butuh sebuah barang, maka pihak bank mengatakan, “Kami akan mengusahakan barang tersebut.” Bisa jadi sudah ada kesepakatan tentang keuntungan bagi pihak bank, mungkin pula belum terjadi. Lalu pihak bank datang ke toko dan membeli barang selanjutnya dibawa ke halaman bank, kemudian terjadilah transaksi antara pemohon dan pihak bank.

Pada akad di atas, pihak bank telah memiliki barang tersebut dan tidak dijual kecuali setelah dipindahkan dan dia terima barang tersebut.

Hukum transaksi ini dirinci:

– bila akadnya bersifat mengikat (tidak bisa dibatalkan), maka haram karena termasuk menjual sesuatu yang sebelumnya tidak dimiliki.

– bila akadnya tidak bersifat mengikat (bisa dibatalkan) oleh pihak penjual atau pembeli, maka masalah ini ada khilaf di kalangan ulama masa kini. Pendapat terkuat, jual beli semacam  ini dibolehkan karena barang sudah berpindah dari penjual pertama kepada bank.

Namun sayangnya, ilustrasi terakhir tidak bisa dijumpai di bank-bank yang ada kecuali dengan bentuk yang mengikat (tidak bisa dibatalkan).

Wallahu a’lam bish showwab.

Alhamdulillah, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam.

 

Referensi:

  1. Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, terbitan Kementrian Agama Kuwait, bahasan Murobahah, 36: 318-328.
  2. http://pengusahamuslim.com/praktek-murabahah-pembelian-kredit-melalui-bank-syariah

 

@ Ummul Hamam,

www.rumaysho.com

Related Posts

Kajian & Artikel

Guru Adalah Karunia Pilihan yang diberikan Allah | Ustadz Abdul Rosyid Lc

by Nurul Iman
09/01/2023
0

https://www.youtube.com/watch?v=oshh_0M2LBE

Read more

Sempurnakan tahfidz Quran, lakukan 5 hal ini untuk semakin akrab dengan al-Quran

28/11/2022

Siapakah Thagut Itu?

02/01/2023

Bagaimana Membiayai Pendidikan Anak dengan Penghasilan Haram ? & Apakah Gaya Leadership Kepemimpinan Orangtua Harus Sama / Berbeda dalam mendidik anak ?

24/10/2022

Bagaimana Kiat Mudah Sederhana Untuk Mmemberikan Kebiasaan-kebiasaan Yang Baik Untuk Anak-anak Kita ?

18/10/2022

Sudah Lama “Ngaji” Tetapi Akhlak Tidak Baik

12/10/2022
Next Post

Riba dan Dampaknya (Bag. 1)

Comments 1

  1. Ping-balik: Agar Tidak Terjerumus dalam Riba – Yayasan Nurul Iman

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular Posts

Berita Kegiatan

Oasis Dynamic Review 2021

by Nurul Iman
02/02/2023
0

Oasis dynamic is one of the matchmaking web sites open to people who are willing to communicate on the net....

Read more

Oasis Dynamic Review 2021

BeerMenus: Where Thirsty Beer Enthusiasts Look For Specialty Brews to Liven Up Any Date Night

Urban Farming – PKBM Fatimah Az-Zahra 2022/2023

Urban Farming – SD Islam Tepadu Nurul Iman 2022/2023

Guru Adalah Karunia Pilihan yang diberikan Allah | Ustadz Abdul Rosyid Lc

Kerja Bakti SD Islam Tepadu Nurul Iman | Jum’at 6 Januari 2023

Load More

Popular Posts

No Content Available

Yayasan Nurul Iman berdiri pada tahun 1998. Selanjutnya dibentuk badan hukum resmi yang bernama Yayasan Nurul Iman , Akta Notaris No.SK Menkumham RI nomor : AHU – 140.AH04 Tahun 2012.

Kantor Kami

Jl. Tlogo Indah No.3, Banjardowo, Kec. Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah 50117

No. Telpon / WhatsApp : (024) 76586951 / 0812-2839-4112

Facebook Instagram Youtube Whatsapp

Copyright © 2019 Yayasan Nurul Iman Semarang

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Yayasan
    • Profil Yayasan Nurul Iman
    • Kegiatan Yayasan Nurul Iman
  • Unit Pendidikan
    • PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • PKBM Fatimah Az Zahra
  • Pendaftaran
    • Pendaftaran PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pendaftaran SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Pendaftaran Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • Pendaftaran PKBM Fatimah Az Zahra
  • Berita Kegiatan
    • Kegiatan PAUD & TK Islam Terpadu Nurul Iman
    • Kegiatan SD Islam Terpadu Nurul Iman
    • Kegiatan Pesantren Putri Tahfizhul Qur’an Fatimah Az Zahra
    • Kegiatan PKBM Fatimah Az Zahra
  • Kajian & Artikel
  • NURIM Peduli
  • SINURIM
  • Kontak

© 2019 Yayasan Nurul Iman